Panas

Sukanya aku pada sinar matahari adalah ibarat pengidap diabetes yang suka makan coklat. Aku suka rumah yang terang benderang bermandikan cahaya matahari, tetapi paling tidak tahan panas. Aku suka ngiler melihat desain rumah hemat energi di majalah-majalah. Aku ngiler karena seberapapun kocekku dihemat, masih belum mampu membayar sebuah rumah berdesain hemat energi. Di rumah 34/60-ku sekarang, jendela kubuka lebar-lebar, supaya cahaya matahari bisa masuk sebanyak-banyaknya. Sementara tetangga-tetanggaku membangun awning di atas carport-nya, meninggikan tembok pemisah antar tetangga, dan meninggikan pagar depan yang jaraknya ke pintu itu kurang dari panjangnya sebuah mobil sedan, aku biarkan wajah rumahku sebagaimana aslinya dari pengembang. Bukannya aku tidak puyna uang lho. Bagiku, kelakuan tetangga-tetanggaku itu adalah tindakan membunuh sinar matahari yang masuk ke dalam rumah. Akan tetapi, tetangga-tetanggaku rata-rata hanya punya 1 unit AC, sedangkan aku punya 2. Bukan satu dua kali terbesit angan untuk membeli yang ketiga. Buat di ruang tamu.

Selain suka pada sinarnya matahari, aku suka pada makhluk-makhluk yang hidup di bawah naungannya. Aku suka binatang dan alam di sekitarnya. Saluran televisiku melulu bergulir pada Animal Planet, Discovery Channel, National Geographic, Nat Geo Adventure, TLC, BBC Knowledge. Jangan tanya soal gosip artis padaku.

Ketika menyaksikan binatang ini itu terancam punah karena habitatnya dibabat oleh manusia, hatiku miris sekali. Tiba-tiba,

"Buat apa kamu miris? Apa yang kamu berikan buat binatang-binatang itu?" suara hatiku bertanya.

Teringat aku pada seorang nenek di Hokkaido, Jepang, yang mulai memberi makan pada satu burung bangau Jepang yang suka mampir di depan rumahnya pada musim migrasi. Jenis burung bangau yang tadinya hampir punah itu kemudian menjadi tamu tetap tahunan di rumah nenek ini. Demikianlah berpuluh tahun kemudian burung bangau itu berlipat ganda dan sampai sekarang setiap tahun burung-burung bangau itu menggelar tarian rutinnya di depan rumah nenek ini. Nenek yang sudah sepuh ini dengan setia mendorong kereta berisi pakan burung bangau melewati salju tebal, untuk burung-burung bangau yang sudah berpuluh-puluh jumlahnya sekali datang itu.

Demikian juga dengan tempat pelestarian orang utan Nyaru Menteng di Kalimantan. Aku sudah pernah menonton acara TV-nya, tetapi masih juga membeli DVD-nya. Tidak bosan-bosannya kutonton. Lucu sekali orang-orang utan itu. Sekolah pakai pampers... hahaha.Tetapi lagi-lagi,

"Apa yang telah kamu berikan?" tanya suara hatiku.

Lama-lama aku jadi merasa seperti orang yang makan di restoran dengan lahap tetapi tidak pernah membayar. Maka, aku mulai peduli sedikit pada soal penghematan energi. Aku masih tidak bisa berpisah dari AC. Tetapi mungkin aku bisa mulai dengan hal lain. Mulailah aku membuat skala prioritas untuk konsumsi energi listrikku.
  1. AC
  2. Kulkas
  3. Komputer / laptop
  4. Lampu penerangan
  5. Televisi
  6. Mesin cuci dan setrika
  7. Charger HP dan kamera
  8. Water heater
  9. Mixer, blender, rice cooker, coffee maker
  10. Pengering rambut

Berdasarkan skala prioritas ini, aku membuat analisis tindakan penghematannya, sebagai berikut. 

1. AC
Saking cintanya aku pada AC, aku sudah untuk kesekian kalinya ditegur ibuku karena berangkat ke kantor tanpa mematikan AC di kamar tidurku. Suatu ketika pernah juga aku ditelepon oleh tetangga di seberang rumah. Kaget. Kukira kompleks kami kenapa-kenapa. Ternyata dia dengar suara unit outdoor dari AC-ku, sedangkan dia tahu tidak ada orang di dalam rumah.

Tindakan Penghematan:
Tidak lupa mematikan AC sebelum meninggalkan ruangan.

2. Kulkas
Salah satu hobiku adalah bikin kue. Kulkas bagiku penting untuk menyimpan bahan-bahan kue dan kue itu sendiri. Tentunya melebihi durasi kehidupan AC di rumahku, kulkas harus hidup 24 jam sehari.

Aku punya kebiasaan buruk lain yang harus dihentikan. Kalau berbelanja biasanya aku naik taksi. Supaya taksinya tidak cuma mengangkut diriku, taksinya aku isi dengan barang belanjaan sebanyak-banyaknya. Ogah rugi. Selain kebutuhan sehari-hari, aku nyetok bahan kue juga. Mulai dari keju batang, keju krim, keju lembaran, mentega asin, mentega tawar, mentega putih, coklat hitam, coklat setengah coklat, coklat putih... komplit. Masalahnya hobiku bukan cuma satu dua. Padahal aku masih harus kerja lima hari seminggu untuk menghidupi hobiku yang segudang. Alhasil, kalau aku sudah keasyikan dengan hobi lain, hobi bikin kue terpaksa mengalah. Kalau mengalahnya terlalu lama, bahan-bahan kue yang kubeli itu menjadi kadarluwasa.

Kadang aku ingat jika ada yang sudah mau kadarluwasa, tetapi lebih seringnya tidak. Lalu setelah akhirnya aku menyadari bahwa bahan itu sudah kadarluwasa, aku tidak membuangnya, karena aku tidak punya nyali menghadapi hati nuraniku yang menyalahi diriku telah membelanjakan uang untuk sesuatu yang tidak dipakai. Namun di lain pihak, membiarkan item-item yang tidak terpakai di dalam kulkas mengakibatkan kerja kulkas menjadi semakin berat.

Tindakan Penghematan:
Tidak boleh gelap mata saat berbelanja bahan kue. Harus sadar bahwa aku cuma punya 24 jam dalam sehari. Kontrol kekadarluwasaan setiap item di dalam kulkas.

3. Komputer / Laptop
Hobiku yang lain lagi: fotografi. Jelas perlu komputer untuk mensortir, meng-edit, dan menyimpan hasil jepreteanku. Komputer juga kupakai untuk menikmati dan belajar dari hasil jepretan para pakar segenap penjuru dunia, melalui internet.

Hobiku yang lain lagi: menulis. Dibaca orang adalah kepuasan yang berikutnya. Kepuasan utamanya adalah keberhasilan membentuk apa yang ada di dalam kepalaku dengan sederetan huruf. Untuk itu, aku butuh komputer.

Bisa dikatakan bahwa komputer adalah benda ketiga setelah baju dan kamera, yang setia melekat di tubuh, selain saat mandi. Saking setianya, sering aku berkomputer ria hingga jelang subuh, lalu terkantuk-kantuk, dan akhirnya jadi malas menutup windows yang aktif, menggeser kusor ke icon shut down, menekan tombol monitor, lalu menekan saklar stabilizer (ketika pakai desktop). Dengan berdalih pada diri sendiri bahwa aku cuma akan tidur sebentar dan melanjutkan berkomputer ria lagi, aku biarkan komputer begitu saja dan pergi tidur.

Tindakan Penghematan:
Meninabobokan komputer sebelum meninabobokan diri sendiri.

4. Lampu Penerangan
Asal laptop-ku ini yang baterainya kuat 8 jam dan modem IM2-ku lancar, aku masih bisa menyibukkan diri. Kalau PLN mogok kerja di malam hari, yang pertama kusesali tetap AC yg mati. Baru kusesali matinya lampu jika aku tengah asyik membaca sebuah buku. Ini hobi lain lagi. Tapi hobi membaca jaman sekarang sudah bisa disalurkan lewat layar kaca. Oleh karena itulah lampu penerangan aku letakkan pada prioritas berikut setelah komputer.

Tindakan Penghematan:
Pakai lampu hemat energi. Sebelum bikin rumah hemat energi, beli lampunya saja dulu. Kemudian memastikan lampu-lampu yang tidak perlu sudah dimatikan saat meninggalkan rumah.

5. Televisi
Frekuensiku menonton TV kurang dari 10 jam seminggu. Seminggu, lho ya. Dalam hal ini rasanya sudah super duper hemat dibandingkan dengan orang kebanyakan. Dulu aku punya kebiasaan buruk tertidur di depan TV, tetapi sekarang sudah tidak lagi.

6. Mesin Cuci dan Setrika
Frekuensi pemakaian hanya kalau kepepet. Maksudnya, kalau pakaian bersih di lemari sudah habis. Mesin cuci otomatis mati sendiri jika sudah selesai bekerja. Setrika tidak pernah lupa dimatikan saking takutnya kebakaran.

7. Charger HP dan Kamera
Jaman sekarang dunia seakan chaos sekali saja HP tertinggal di rumah. Kamera di HP-ku, Nokia N86 8MP, lumayan canggih. Sedangkan kamera EOS 50D-ku, kalau liburan, makannya jadi banyak. Kalau liburan, aku kan sering tamasya. Otomatis EOS 50D-ku kusuruh mengabdi before sunrise sampai after sunset biar keren karya-karyaku.

Tindakan Penghematan:
Tidak men-charge sambil ditinggal tidur, kecuali hanya akan tidur sejam dua jam saja. Selain energi listrik untuk mengisi baterai yang sudah penuh itu menjadi sia-sia, baterai pun konon akan cepat rusak.

8. Water Heater
Aku pakai hanya jika mau mandi di atas jam 10 malam atau sedang tidak sehat. Selain dari itu, mandi dengan menggunakan water heater malah membuat badanku berkeringat setelah selesai mandi. Biasa, aku kan tidak suka panas. Lagipula, kata ibuku, mandi air dingin itu sehat.

9. Mixer, Blender, Rice Cooker, Coffee Maker
Aku jadikan satu golongan, karena frekuensi pemakaianku untuk keempat perlengkapan di atas kira-kira sama, yaitu maksimal 4 kali sebulan dengan masing-masing durasi kurang dari 15 menit.

10. Pengering Rambut
Rambutku sangat pendek. Aku pakai pengering rambut hanya jika setelah keramas akan segera keluar rumah. Itupun hanya sampai setengah kering saja. Ini bukan karena mau berhemat energi. Ini karena rambutku tidak tahan kena panas terlalu lama. Sejarah hidupku telah membuktikan bahwa pengering rambut membut rambutku pecah-pecah. Biasa, aku kan tidak suka panas.

Setelah membuat daftar prioritas konsumsi energi, kemudian analisis tindakan penghematannya, kubuat pula activity plan-nya. Pada Earth Hour 2012 akan kuevaluasi kemajuannya.

Demikianlah aku pikir, berpartisipasi dalam Kampanye Earth Hour tidak berarti harus merenovasi rumah dengan desain hemat energi. Berpartisipasi dalam Kampanye Earth Hour bisa dimulai sekarang juga mulai dari hal yang sederhana, seperti penghematan listrik. Jika yang kita bayangkan bahwa Earth Hour itu mati lampu, gelap, dan panas, membayangkannya saja sudah membuat sengsara. Buatlah saja dulu skala prioritas, lalu seimbangkanlah hal-hal yang mutlak dengan hal-hal yang masih bisa ditolerir.

Jika anda sama seperti aku yang tidak tahan panas, ingatlah bahwa semakin kita memboroskan energi bumi ini, semakin panas jadinya bumi ini. Kalau mau tidak kepanasan, yuk, berhemat energi!

For Japan I Pray

for the teachers who came to my side
and curved my future bright

for the friends who sought to make my every ride
in their country an unforgettable delight

for the expats who had been such a guide
although some thought they are always right

for the nation who held up so high their pride
but turned into debris in just a night

for the land which tsunami pushed aside
with all the earthquake-proof buildings as if so light

I pray, may GOD abide
in this life's fight

I'm Not Superstitious, But.

I grew up being taught to believe in God and only God. That includes not believing in superstitions. It's God, Dad often said, that brings you luck. No other. Okay, I believed in God plus Dad.

I was like eight at that time. I had a red dress. It wasn't solely red. It had some white parts. It was a one piece dress. At first I thought it was just a coincidence. But, it happened again, and again. Everytime I wore that dress, Dad would be mad at me, and I would cry. Then I would pull up my skirt and wipe my nose with it. It happened so often that the dress seemed to smell bad even though it had been washed already.

I admit that although I looked cute, I was naughty. Dad had many reasons to be mad at me besides he himself being a strict man. But, what I couldn't comprehend was why do I tend to be nasty everytime I'm wearing that dress?

Till this moment I still can picture in my mind the time I pulled our chess of draws. The lower part was to put my clothes. I had just taken a shower and wanted to change my clothe. I saw that red dress on top. I hesitated. But the other side of me reminded myself not to be superstitious. I thought for awhile. Had I been naughty?

No, not at all, I concluded. Don't be superstitious! I told myself once again.

So, I pulled out that red dress and wore it on. It was piano practice time, so obediently, sweetly, I went to the piano and practiced my lessons.

Suddenly, out of the blue, Dad scolded me. I was so shocked, because I didn't think it would be an issue. What issue, I don't remember at all. Still sitting by the piano, I cried, pulled up my skirt, and rubbed my nose. Since then, I never ever wanted to put on that red dress again.

That red dress laid idle for weeks, maybe months, inside the drawer. One morning, I remember it was a holiday, Mom tidied and cleared up the room. She took all my clothes out from the drawer. Suddenly she said to me who was playing,

"Uggghhh! This dress smells! How come?! Do you mind if I give it away to Bibi (our maid)?"

"Yes, please!!"