Bianglala 3 Warna vs Andrea Hirata

Belum selesai buku-buku baru di lemari bukuku dibaca, sudah ada lagi informasi tentang sebuah buku yang membuatku penasaran. Ah, sekali lagi, dan sekali lagi, seandainya sehari itu terdiri dari 48 jam ... (tapi jam kerjanya sama ya... :P)

Judul buku itu adalah "Bianglala 3 Warna". Pembawa informasinya berinisial "S" dan ditulis dalam sebuah milis tentang wisata dengan inisial... err, jangan deh, ntar ada yang marah. Jika aku tidak salah tangkap Bahasa Indonesia yang disampaikan Mas S di postingnya itu, "Bianglala 3 Warna" ini menelanjangi kebohongan kisah-kisah di "Laskar Pelangi" karya Andrea Hirata. Singkatnya, novel "Bianglala 3 Warna" ini "keren", menurut Mas S. Tanggapan terhadap posting ini langsung bertubi-tubi (dan cepat) dirilis di milis yang setiap postingnya dimoderatorisasi dulu ini. Pada akhir postingnya, Mas S mengajak mengadakan acara bedah buku "Bianglala 3 Warna".

Sebagai milis yang temanya adalah wisata, aku agak bingung. Bedah buku  "Bianglala 3 Warna" untuk apa? Kalaulah tempat-tempat dan nama-nama yang dikisahkan dalam "Laskar Pelangi" bukanlah kisah nyata, sepanjang ingatanku di dalam "Laskar Pelangi" tidak ada disebutkan bahwa ini merupakan kisah nyata. Namanya juga novel. Suka-suka yang nulis donk. So what gitu lho. Kalaupun Belitong tidak ada dalam peta dunia, tidak ada larangan untuk menulis tentang sebuah tempat bernama "Belitong", bukan?

Sedangkan bahwa Belitong itu merupakan tempat yang sangat indah, itu adalah kenyataan yang aku yakin seyakinnya hanya bisa dipungkiri oleh orang buta. Jadi, kalau mau bikin acara bedah buku, yang mau dibahas itu tentang keberadaan SD Muhammadiyah Gantong yang sebenarnya atau tentang Belitong? Atau lebih parah, tentang kehidupan penulis "Bianglala 3 Warna" yang konon pernah menjadi istrinya Andrea Hirata? Apa ya hubungannya dengan wisata?

Pemandu wisataku ketika ke Belitong menceritakan tentang bagaimana kemajuan Belitong setelah "Laskar Pelangi" laris manis. Dia memperlihatkan jalan-jalan yang baru diaspal. Katanya, dulu pemerintah tidak peduli pada infrastruktur Belitong. Singkatnya, "Laskar Pelangi" telah berjasa dalam memajukan pembangunan Belitong. Kira-kira jasanya "Bianglala 3 Warna" apa ya? Duh, penasaran aku.

Kenyataan lain dari "Laskar Pelangi" adalah gaya penulisannya yang sangat mantap. Sangat hidup. Mungkin saking hidupnya, ada sekelompok orang yang tidak bisa menerima jika yang "hidup" itu tidak ada di dalam kehidupan yang sesungguhnya. Justru di situlah keberhasilan seorang penulis. Hmmm... masih bingung nih. Jadi mau bikin acara bedah buku buat apa ya? Kalau secara wisata, Belitong kan masih tetap indah untuk dikunjungi. Kalau secara sastra, hmmm... seru juga sih. Seru, karena pastinya banyak novel lain yang mentah-mentah fiksi semata. Apa mau dibongkar juga "kebohongannya"?

Promo Mati Kutu

Indosat : Halo, selamat siang. Ini dari Indosat. Dengan Ibu XXX?

Saya     : Ya, saya sendiri.

Indosat : Boleh minta waktunya sebentar?

Saya     : Untuk apa ya?

Indosat : Kami mau survei. Bisa ya, Bu? Sebentar saja.

Saya     : Baik. (Males sih sebenarnya. Tapi terpikir bahwa suatu waktu mungkin aku perlu minta waktu org juga.)

Indosat : Ibu sering berpergian ke luar negeri dalam kurun waktu 2-3 bulan ya, Bu?

Saya     : (Pipi merah sedikit. [Rasanya.]) Ya nggak sampai 2-3 bulan-lah, Bu. Emangnya nggak kerja apa?

Indosat : Oh gitu ya? Jadi berapa kali setahun Ibu berpergian ke luar negeri?

Saya    : Ya... paling setahun sekali atau dua kali. (Untuk tahun 2009 benar, tahun 2010 salah. Dia kan nggak tanya tahun :P)

Indosat : Begitu ya, Bu? Biasanya negara mana yang paling sering dikunjungi?

Saya     : Vietnam.

Indosat : Vietnam...?

Saya     : Ya, ke Vietnam.

Indosat : Oh. (Hening sejenak.) Kebetulan kami belum punya promo hemat roaming untuk Vietnam. Tetapi untuk negara-negara lainnya, seperti Singapura, Malaysia ... (Lupa, apa lagi.) sudah ada. Sebagai contoh, biaya roaming dari Singapura, yang tadinya XXX, menjadi YYY. Menurut Ibu, apakah penurunan tarif ini membantu?

Saya     : Sudah beberapa kali saya menelpon ke rumah dengan nomor ini ketika sedang berada di luar negeri dan menurut orang rumah, suaranya tidak jelas. Jadi, kalau suaranya kurang jelas, tentu saja tidak membantu.

Indosat : Tetapi, terlepas dari kualitas suaranya, apakah biaya roaming dari Singapura, yang tadinya XXX, menjadi YYY itu bisa membantu?

Saya     :  Bu, sekalipun gratis, kalau tidak jelas suaranya, berarti tidak bisa terpakai. Kalau tidak terpakai, tentunya tidak membantu, bukan?

Indosat : Kalau begitu, lain kali coba handphone-nya dimatikan, lalu dihidupkan kembali.

Saya    : Kan kalau naik pesawat, pasti dimatikan dulu. Begitu keluar dari pesawat ya dihidupkan kembali.


Blessing in Disguise

December 24th, 2010

In the morning I reserved a Blue Bird Taxi for 4:30 PM that day. At approx 4:15 PM,  Blue Bird No. NM492 arrived in front of my house. I told the driver to wait. Actually I intended to leave at 4:45 PM, but ordered for 4:30 PM because Blue Bird used to come late -- quite often. I've endlessly complaint until I got tired myself. At the beginning I got an apology, but still no significant change.

Suddenly at 4:30 PM the driver knocked on my gate. "Excuse me," he said. "May I turn on the meter?"

"Why??"

"Because it has been more than 15 minutes."

 "What??"

"Well, excuse me, I'm just following the procedure."

"What procedure?"

"When a customer is late more than 15 minutes, the driver can request to turn on the meter or leave."

I really got mad. This isn't fair at all. I have several times experienced Blue Bird arriving late at my house more than 15 minutes. Like 30 minutes until an hour. I had already experienced missing a train and a boat because of Blue Bird arriving late. Does Blue Bird know how much they had cost me? Aaaarrrrggghhh!

I tried to explain to the driver that I ordered for 4:30 PM and not 4:15 PM. He said he didn't know about that he was only told to come immediately to my house. The way he didn't care about that made me even more furious.

To make a long story short, I told him to take option number two in his so called "Blue Bird's Procedure" which is leave the customer.

I called another Blue Bird Taxi counter in my neighborhood. While waiting for my order to come, I realized that I had left my tripod in the room. Wow!! I was terribly mad with the NM492 driver but now I felt like I wanted to hug him. If he had been kind, I would get on his taxi and leave my tripod at home. If that happens, my 11 days photography trip would be in total mess.